Perkembangan teknologi yang begitu cepat dalam satu dekade terakhir telah membawa perubahan besar pada pola pikir, gaya belajar, serta cara komunikasi generasi muda, khususnya Generasi Z. Di tengah perubahan tersebut, kebutuhan akan soft skills semakin menjadi perhatian serius lembaga pendidikan dan dunia industri. Menghadapi kenyataan inilah Politeknik Tempo bersama Ikatan Akademisi dan Profesional Indonesia (IKADIM) menggelar sebuah kegiatan bedah buku bertema soft skills yang diproyeksikan untuk menjembatani kesenjangan antara kemampuan teknis dan kepribadian generasi muda yang akan memasuki dunia kerja.

Acara bertajuk “Bedah Buku Soft Skills untuk Gen Z” tersebut menjadi ruang pertemuan antara akademisi, mahasiswa, dan praktisi yang ingin memahami lebih dalam bagaimana membentuk karakter generasi muda agar siap menghadapi tantangan modern. Buku yang dibahas tidak hanya memaparkan teori pengembangan diri, tetapi juga menghadirkan studi kasus, pengalaman lapangan, dan refleksi terkait dinamika Gen Z dalam lingkungan profesional.

Sinergi Kampus dan Komunitas Profesional

Politeknik Tempo, sebagai kampus vokasi yang fokus pada pendidikan berbasis praktik, melihat pentingnya penguatan soft skills sejak dini. Dunia kerja saat ini tidak lagi menilai lulusan hanya dari kemampuan teknis atau gelar akademik semata. Kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dalam tim, berpikir kritis, hingga kemampuan adaptasi menjadi aset utama yang menentukan keberhasilan karier.

Dalam sesi pembuka, perwakilan Politeknik Tempo menegaskan bahwa bedah buku ini merupakan langkah strategis untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi ekosistem profesional yang semakin kompetitif. Sementara itu, IKADIM turut hadir untuk memberikan perspektif industri serta gambaran riil mengenai kebutuhan pasar kerja saat ini.

Kolaborasi ini mendapatkan apresiasi tinggi dari peserta, terutama para mahasiswa yang mengaku sering kali merasa terombang-ambing antara tuntutan akademik dan ekspektasi dunia kerja. Bedah buku ini dianggap mampu memberikan panduan praktis yang dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Isi Buku: Soft Skills dalam Perspektif Gen Z

Buku yang dibedah dalam acara ini memuat sejumlah topik yang dekat dengan kehidupan anak muda. Mulai dari kemampuan komunikasi efektif, etika kerja, manajemen waktu, hingga kemampuan memahami situasi sosial di lingkungan kerja. Penulis buku menekankan bahwa Generasi Z memiliki keunggulan dalam hal kreativitas, keberanian mencoba hal baru, dan kecepatan dalam mempelajari teknologi. Namun, mereka juga menghadapi tantangan seperti kecenderungan multitasking berlebihan, kesulitan fokus jangka panjang, serta dinamika emosional yang cepat berubah.

Generasi Z dan Tantangan Era Digital

Generasi Z tumbuh dengan kebiasaan multitasking dan interaksi cepat melalui media sosial. Mereka terbiasa menerima informasi dalam bentuk singkat, visual, dan instan. Kondisi ini membuat pendekatan pengembangan soft skills harus disesuaikan dengan karakter mereka.

Beberapa tantangan yang diangkat dalam bedah buku antara lain:

  1. Kesulitan mempertahankan fokus jangka panjang
    Kebiasaan konsumsi informasi singkat membuat sebagian Gen Z kurang terbiasa menyelesaikan tugas berkelanjutan yang memerlukan ketekunan.
  2. Komunikasi dua arah yang menurun
    Interaksi digital yang dominan terkadang membuat mereka kurang terampil dalam komunikasi tatap muka atau membaca bahasa tubuh.
  3. Sensitivitas terhadap tekanan
    Lingkungan digital yang kompetitif dan penuh perbandingan sosial sering memicu stres serta penurunan kepercayaan diri.
  4. Ekspektasi cepat berhasil
    Banyak Gen Z yang menginginkan pencapaian instan, sehingga sulit membangun ketahanan menghadapi kegagalan.

Peran Pendidikan Vokasi dalam Pembentukan Soft Skills

Politeknik Tempo menilai bahwa pendidikan vokasi memiliki posisi strategis dalam pembentukan karakter generasi muda. Karena berbasis praktik, mahasiswa vokasi lebih sering dihadapkan pada kerja tim, proyek lapangan, serta interaksi intensif dengan berbagai pihak. Kondisi ini menjadi kesempatan emas untuk membangun keterampilan non-teknis.

Dalam diskusi panel, para dosen Politeknik Tempo menekankan bahwa kurikulum vokasi seharusnya tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga mencakup:

  • Public speaking
  • Manajemen stres
  • Kepemimpinan dasar
  • Kemampuan negosiasi
  • Etika digital

Artinya, penguatan soft skills bukan lagi pelengkap, tetapi menjadi fondasi karier yang sejajar dengan kompetensi teknis.

Refleksi Mahasiswa: Membuka Sudut Pandang Baru

Sesi tanya jawab dalam acara ini menjadi momen menarik ketika mahasiswa berbagi pengalaman mereka. Banyak mahasiswa mengakui bahwa mereka sering merasa canggung saat berbicara di depan umum atau berinteraksi dengan senior di tempat magang. Ada pula yang mengaku kesulitan mengelola waktu karena terbiasa multitasking dan mudah terdistraksi oleh media sosial.

Melalui dialog yang terbuka, mahasiswa merasa bahwa mereka tidak sendirian menghadapi tantangan tersebut.

Penutup: Membentuk Generasi Muda yang Kompeten dan Berkarakter

Bedah buku yang diselenggarakan Politeknik Tempo dan IKADIM bukan sekadar ajang akademik, tetapi juga panggilan untuk membangun generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan. Dengan memahami kekuatan dan kelemahan Generasi Z, pendidikan dapat lebih adaptif dan relevan terhadap kebutuhan zaman.

Penguatan soft skills menjadi investasi jangka panjang. Di tengah persaingan global, karakter, etika, kemampuan komunikasi, dan ketahanan mental menjadi nilai unggul yang tidak dapat digantikan mesin maupun teknologi. Melalui kegiatan seperti ini, diharapkan semakin banyak anak muda yang sadar pentingnya mempersiapkan diri tidak hanya dari sisi teknis, tetapi juga dari sisi kepribadian dan integritas.


Sumber Artikel : https://www.tempo.co/
Sumber Gambar : https://kanal24.co.id/