Upaya mengurangi limbah plastik sekali pakai terus menjadi perhatian global, termasuk di Indonesia. Kali ini, inovasi datang dari seorang mahasiswi Biologi Universitas Diponegoro (UNDIP), Nasywaa Ensa Kautsar, yang bersama tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) memperkenalkan BioMeltcairan biodegradasi yang dirancang untuk menjadi solusi ramah lingkungan pengganti plastik.

Inovasi ini lahir dari program KKN yang berlangsung di Desa Sriwulan, Kabupaten Kendal, dan berhasil menarik perhatian masyarakat setempat berkat konsepnya yang aplikatif dan berorientasi pada keberlanjutan.

Latar Belakang Munculnya BioMelt

Plastik sekali pakai menjadi salah satu penyumbang terbesar polusi lingkungan di Indonesia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, jutaan ton sampah plastik dihasilkan setiap tahun, dan sebagian besar berakhir di laut, merusak ekosistem serta membahayakan satwa.

Berangkat dari keprihatinan tersebut, Nasywaa bersama timnya berupaya mencari solusi yang praktis, efektif, dan ramah lingkungan. Mereka mengembangkan BioMelt, cairan khusus yang mampu mempercepat proses degradasi plastik sehingga limbahnya tidak bertahan ratusan tahun di alam.

Proses Penelitian dan Pengembangan

BioMelt dikembangkan melalui pendekatan bioteknologi yang memanfaatkan bahan-bahan alami dan mikroorganisme tertentu untuk memecah struktur kimia plastik. Tim KKN UNDIP melakukan riset pendahuluan di laboratorium kampus sebelum mengujicobakannya di lapangan.

Menurut Nasywaa, proses pembuatan BioMelt melibatkan pemilihan bahan baku yang tidak beracun dan aman bagi manusia serta lingkungan. Cairan ini dapat digunakan untuk mempercepat pelapukan plastik dari kemasan sekali pakai seperti kantong belanja, sedotan, hingga pembungkus makanan.

Dukungan dari Masyarakat dan Pemerintah Desa

Kegiatan sosialisasi BioMelt dilakukan langsung kepada warga Desa Sriwulan. Melalui pelatihan, tim KKN memperlihatkan cara penggunaan cairan ini, mulai dari penyemprotan pada plastik hingga tahap penyimpanan yang benar.

Kepala Desa Sriwulan menyatakan apresiasinya terhadap inisiatif ini. Ia berharap teknologi seperti BioMelt bisa diadopsi secara lebih luas, mengingat masalah sampah plastik juga menjadi tantangan besar di daerah pesisir Kendal.

Manfaat Lingkungan yang Diharapkan

Penerapan BioMelt diharapkan mampu memberikan dampak positif yang nyata, antara lain:

  1. Mengurangi volume limbah plastik yang menumpuk di TPA maupun mencemari lingkungan.
  2. Mempercepat degradasi plastik, sehingga mengurangi risiko pencemaran jangka panjang.
  3. Mendukung ekonomi sirkular, karena plastik yang terurai dapat dimanfaatkan kembali dalam bentuk lain.
  4. Mendorong kesadaran masyarakat untuk lebih peduli terhadap pengelolaan sampah.

Tantangan dalam Penerapan

Meski inovasi ini menjanjikan, Nasywaa mengakui bahwa ada tantangan besar dalam penerapannya. Salah satunya adalah biaya produksi BioMelt yang masih relatif tinggi untuk skala massal. Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap penggunaan produk biodegradasi masih perlu ditingkatkan.

Untuk mengatasi hal ini, tim KKN UNDIP sedang menjajaki kemungkinan kolaborasi dengan industri pengolahan limbah dan organisasi lingkungan guna memperluas distribusi BioMelt.

Potensi Pengembangan Lebih Lanjut

BioMelt bukan hanya sekadar produk, tetapi juga cerminan dari potensi inovasi lokal dalam menjawab masalah global. Ke depan, Nasywaa dan tim berencana mengembangkan varian BioMelt yang lebih efisien, murah, dan mudah diaplikasikan.

Tidak menutup kemungkinan teknologi ini akan diintegrasikan dengan program pemerintah seperti Gerakan Indonesia Bersih atau kampanye bebas plastik di kota-kota besar.

Inspirasi bagi Mahasiswa Lain

Kisah Nasywaa membuktikan bahwa inovasi besar dapat dimulai dari ide sederhana, asalkan didukung dengan riset dan kemauan untuk bertindak. Ia berharap langkahnya bisa menginspirasi mahasiswa lain untuk memanfaatkan program KKN sebagai wadah menciptakan solusi bagi masalah di masyarakat.

“Sebagai generasi muda, kita punya tanggung jawab untuk membawa perubahan positif. BioMelt adalah bentuk kontribusi kecil kami untuk masa depan yang lebih hijau,” ujar Nasywaa.

Harapan ke Depan

Dengan dukungan pemerintah, masyarakat, dan dunia industri, BioMelt berpotensi menjadi salah satu terobosan penting dalam mengurangi ketergantungan pada plastik sekali pakai. Jika diterapkan secara luas, teknologi ini bisa membantu Indonesia mencapai target pengurangan sampah plastik laut sebesar 70% pada 2025, sebagaimana dicanangkan dalam Rencana Aksi Nasional.

Lebih dari sekadar produk, BioMelt adalah simbol kolaborasi antara akademisi, masyarakat, dan pemerintah untuk melawan krisis lingkungan.

Sumber Artikel : https://probolinggo.times.co.id/
Sumber Gambar : https://probolinggo.times.co.id/