Dunia seni kembali dihidupkan oleh kreativitas mahasiswa muda. Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Kesenian Jakarta (FSRD IKJ) menggelar pameran bertajuk “Beyond Perception”, sebuah eksplorasi mendalam yang mempertemukan seni, desain, dan teknologi dalam satu ruang dialog kreatif.

Pameran ini menjadi wujud nyata semangat inovatif generasi baru seniman muda Indonesia yang berani menembus batas konvensi dan mengajak publik untuk menafsirkan ulang persepsi terhadap karya visual modern.

Eksperimen Seni di Era Digital

Dalam era yang semakin terdigitalisasi, batas antara seni dan teknologi semakin kabur. Beyond Perception hadir sebagai ruang untuk menelusuri hubungan antara dua dunia tersebut.
Berlangsung di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki, pameran ini menampilkan puluhan karya dari mahasiswa FSRD IKJ yang berfokus pada tema interaktivitas, persepsi visual, dan dinamika manusia dengan teknologi.

Dekan FSRD IKJ, Dr. (HC) T. M. Faisal Rauf, menjelaskan bahwa pameran ini merupakan hasil dari mata kuliah lintas program studi yang menekankan kolaborasi multidisiplin.
“Mahasiswa tidak hanya diajak mencipta karya estetis, tetapi juga memikirkan konsep, teknologi, dan pengalaman penonton. Di sinilah lahir dialog antara seni, sains, dan desain,” ujarnya dalam sambutan pembukaan.

Karya yang Menggugah Persepsi

Salah satu karya yang paling menarik perhatian pengunjung adalah instalasi interaktif berjudul “Refleksi Diri dalam Cahaya”. Karya ini menggabungkan sensor gerak dengan proyeksi cahaya untuk menampilkan bayangan digital pengunjung dalam bentuk abstrak yang terus berubah.

Selain itu, karya “Fractured Memory” dari tim mahasiswa Desain Interior juga mencuri perhatian. Mereka menggunakan teknik projection mapping pada struktur kayu dan kaca untuk menampilkan fragmen visual tentang ingatan, waktu, dan ruang. Karya ini mengajak pengunjung untuk berjalan di antara pantulan gambar yang terus bergerak — sebuah pengalaman yang mendalam dan meditatif.

Lintas Disiplin: Dari Desain Hingga Teknologi AI

Menariknya, Beyond Perception tidak hanya menampilkan karya seni rupa murni, tetapi juga kolaborasi antara mahasiswa desain produk, komunikasi visual, dan bahkan teknologi digital.

Beberapa karya menggunakan AI generatif untuk menciptakan pola dan visualisasi dinamis yang berubah secara real-time sesuai dengan respons suara dan gerak pengunjung.
“AI bukan lagi sekadar alat bantu desain, tapi menjadi bagian dari karya itu sendiri,” jelas Rafiq Hidayat, dosen pembimbing pameran sekaligus pengajar di Program Studi Desain Produk.

FSRD IKJ, yang dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan seni terkemuka di Indonesia, menekankan pentingnya keberanian bereksperimen di tengah perubahan zaman. Melalui pameran ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami peran teknologi bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai medium ekspresi baru.

Ruang Interaksi antara Seniman dan Penonton

Berbeda dari pameran seni tradisional yang menekankan pengamatan pasif, Beyond Perception justru mengundang pengunjung untuk berinteraksi langsung dengan karya.
Beberapa instalasi bahkan hanya aktif saat disentuh, digerakkan, atau diajak “berdialog” secara digital.

Hal ini menciptakan suasana yang hidup dan dinamis di ruang pameran. Anak-anak, pelajar, hingga seniman profesional tampak menikmati pengalaman baru yang ditawarkan.
“Ketika pengunjung menjadi bagian dari karya, makna seni itu berubah — bukan lagi tentang objek, tapi tentang pengalaman,” ujar Rara Yuliani, kurator pameran.

Kolaborasi dan Proses Kreatif di Baliknya

Persiapan pameran Beyond Perception memakan waktu hampir tiga bulan, melibatkan puluhan mahasiswa lintas angkatan dan program studi. Mereka bekerja dalam kelompok kecil yang masing-masing bertanggung jawab atas konsep, produksi, hingga dokumentasi karya.

Prosesnya tidak mudah — dari kendala teknis, keterbatasan alat, hingga tantangan menggabungkan berbagai disiplin ilmu. Namun, justru di sanalah nilai pembelajaran sesungguhnya.
“Kolaborasi menjadi kunci utama. Kami belajar berkomunikasi, berbagi peran, dan menghargai cara berpikir dari bidang lain,” ungkap Dimas Ananda, mahasiswa Desain Produk yang terlibat dalam tim riset visual.

Menggugah Kesadaran tentang Seni dan Teknologi

Selain menjadi ajang pameran, Beyond Perception juga menghadirkan diskusi panel dan lokakarya yang membahas topik seperti “Seni di Era AI”, “Desain Berkelanjutan”, serta “Masa Depan Interaktivitas Visual”.
Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa, dosen, dan seniman profesional yang berbagi pengalaman mengenai praktik seni kontemporer dan tantangan menghadapi era digital.

Menurut Dr. Nurul Widyastuti, salah satu narasumber panel, seni saat ini tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial dan teknologi.
“Seniman masa depan harus memahami bahwa teknologi bukan penghalang kreativitas, melainkan jembatan menuju bentuk ekspresi baru yang lebih inklusif dan interaktif,” ujarnya.

Resonansi Publik dan Apresiasi

Sejak dibuka, Beyond Perception mendapat sambutan positif dari publik dan komunitas seni. Ratusan pengunjung hadir setiap hari untuk menikmati pameran yang berlangsung selama seminggu ini. Banyak yang memuji keberanian mahasiswa IKJ dalam mengeksplorasi medium baru dan tema-tema eksperimental.

Bagi sebagian pengunjung, pameran ini menjadi pengalaman baru dalam memahami seni kontemporer.
“Saya merasa seperti masuk ke dunia lain. Setiap karya membuat saya berpikir ulang tentang apa itu seni,” kata Winda Rahma, salah satu pengunjung asal Depok.

Menumbuhkan Generasi Seniman Inovatif

FSRD IKJ melalui pameran ini ingin menegaskan komitmennya dalam mencetak generasi seniman yang adaptif terhadap perubahan zaman.
Dukungan dari berbagai pihak — mulai dari dosen, alumni, hingga mitra industri kreatif — menjadi fondasi kuat bagi mahasiswa untuk terus bereksperimen dan berkembang.

“Tujuan utama kami bukan hanya menghasilkan karya yang indah, tapi juga relevan dengan tantangan masa kini. Dunia seni perlu terus bergerak dan berevolusi,” tegas Dekan FSRD IKJ dalam penutupan acara.

Refleksi: Melampaui Persepsi, Menembus Batas Imajinasi

Pameran Beyond Perception lebih dari sekadar ajang unjuk karya; ini adalah refleksi tentang bagaimana seni berinteraksi dengan masyarakat modern. Ia menyoroti bagaimana manusia, teknologi, dan kreativitas dapat berpadu menciptakan pengalaman estetika yang baru dan bermakna.

Dengan semangat lintas disiplin, pameran ini menjadi bukti bahwa generasi muda Indonesia tidak hanya mewarisi tradisi seni, tetapi juga berani mendefinisikan ulang maknanya di tengah dunia yang terus berubah.


Sumber Artikel : https://edukasi.sindonews.com/
Sumber Gambar : https://edukasi.sindonews.com/