Mengenal Unsur 5W+1H Berita
Daftar Isi
- 1 Apa (What): Inti Peristiwa
- 2 Siapa (Who): Subjek yang Terlibat
- 3 Kapan (When): Waktu Kejadian
- 4 Di Mana (Where): Lokasi Kejadian
- 5 Mengapa (Why): Alasan di Balik Peristiwa
- 6 Bagaimana (How): Proses dan Dampak
- 7 Pentingnya 5W+1H dalam Jurnalisme
- 8 Penerapan 5W+1H di Era Digital
- 9 Tantangan dalam Penerapan 5W+1H
- 10 Kesimpulan
Dalam dunia jurnalistik, ada satu rumus klasik yang tidak pernah lekang oleh waktu: 5W+1H. Rumus ini merupakan fondasi penting yang digunakan oleh jurnalis di seluruh dunia untuk menyusun berita yang lengkap, jelas, dan mudah dipahami pembaca.
5W+1H adalah singkatan dari enam pertanyaan dasar:
- What (Apa)
- Who (Siapa)
- When (Kapan)
- Where (Di mana)
- Why (Mengapa)
- How (Bagaimana)
Keenam unsur ini dianggap wajib hadir dalam sebuah berita karena mampu memberikan gambaran menyeluruh mengenai peristiwa yang dilaporkan. Tanpa salah satu di antaranya, berita berisiko kehilangan konteks dan membuat pembaca bertanya-tanya.
Apa (What): Inti Peristiwa
Unsur pertama yang harus dijawab dalam sebuah berita adalah apa yang terjadi. Inilah inti utama dari peristiwa yang dilaporkan. Tanpa menjelaskan “apa”, berita tidak akan memiliki dasar yang jelas.
Contoh: “Gempa bumi berkekuatan 6,8 skala Richter mengguncang wilayah selatan Jawa.”
Dari kalimat tersebut, pembaca langsung tahu bahwa peristiwa yang dilaporkan adalah gempa bumi. Unsur “apa” biasanya diletakkan di awal berita untuk menarik perhatian sekaligus memberikan informasi utama kepada audiens.
Siapa (Who): Subjek yang Terlibat
Setiap peristiwa pasti melibatkan orang, kelompok, atau lembaga. Unsur “siapa” membantu pembaca mengetahui pihak yang terkait atau terdampak dalam peristiwa tersebut.
Contoh: “Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa tersebut terjadi pada pukul 20.15 WIB.”
Dalam contoh ini, BMKG berperan sebagai pihak yang memberi informasi. Di sisi lain, masyarakat Jawa bagian selatan adalah kelompok yang terdampak. Unsur “siapa” penting agar pembaca dapat memahami subjek yang berhubungan langsung dengan peristiwa.
Kapan (When): Waktu Kejadian
Waktu adalah salah satu elemen penting dalam berita. Pembaca perlu tahu kapan peristiwa terjadi agar bisa menilai relevansi dan urgensinya.
Contoh: “Gempa terjadi pada Selasa malam, 2 September 2025, pukul 20.15 WIB.”
Informasi mengenai “kapan” membuat berita terasa nyata dan membantu pembaca memahami kronologi. Tanpa unsur ini, berita bisa terasa menggantung dan tidak memberikan kepastian.
Di Mana (Where): Lokasi Kejadian
Lokasi peristiwa menjadi hal penting dalam berita karena menentukan dampak serta relevansinya bagi pembaca. Unsur di mana membantu menjawab pertanyaan terkait lokasi geografis.
Contoh: “Pusat gempa berada di laut, 80 km barat daya Cilacap, Jawa Tengah.”
Dengan informasi ini, pembaca bisa memahami wilayah mana yang terdampak dan sejauh mana dampaknya menyebar. Dalam banyak kasus, lokasi juga menjadi kunci utama dalam menentukan nilai berita.
Mengapa (Why): Alasan di Balik Peristiwa
Unsur “mengapa” menjelaskan sebab atau alasan sebuah peristiwa terjadi. Elemen ini memberi kedalaman informasi karena tidak hanya menjelaskan fakta, tetapi juga latar belakangnya.
Contoh: “BMKG menyebut gempa disebabkan oleh pergeseran lempeng Indo-Australia yang menekan ke bawah lempeng Eurasia.”
Informasi mengenai alasan di balik sebuah peristiwa membantu pembaca memahami konteks dan faktor penyebabnya. Inilah yang membedakan berita dengan sekadar laporan fakta.
Bagaimana (How): Proses dan Dampak
Unsur terakhir adalah bagaimana peristiwa terjadi atau dampaknya. Elemen ini menjelaskan mekanisme, proses, maupun akibat dari sebuah kejadian.
Contoh: “Guncangan gempa terasa hingga Yogyakarta dan Bandung. Beberapa bangunan mengalami retak, sementara warga panik berhamburan ke luar rumah.”
Dengan penjelasan ini, pembaca tidak hanya tahu bahwa gempa terjadi, tetapi juga bagaimana dampaknya terhadap masyarakat. Unsur “bagaimana” sering menjadi faktor emosional yang memperkuat narasi berita.
Pentingnya 5W+1H dalam Jurnalisme
Mengapa 5W+1H dianggap sangat penting? Jawabannya sederhana: berita harus memberikan informasi lengkap dan menjawab rasa ingin tahu pembaca. Tanpa rumus ini, berita berisiko bias, tidak seimbang, atau bahkan menyesatkan.
Selain itu, 5W+1H juga membantu jurnalis menjaga obyektivitas. Dengan menjawab semua unsur secara proporsional, berita dapat terhindar dari opini sepihak dan tetap fokus pada fakta.
Penerapan 5W+1H di Era Digital
Di era digital, format berita memang semakin beragam. Ada berita panjang berbentuk feature, ada pula berita singkat untuk media sosial. Namun, prinsip 5W+1H tetap relevan dan tidak tergantikan.
Misalnya, dalam format berita daring (online), unsur “apa” dan “kapan” biasanya ditulis di judul atau lead agar langsung terlihat. Sementara unsur lain dijabarkan dalam tubuh berita.
Bahkan dalam format video pendek atau infografis, jurnalis tetap mengandalkan 5W+1H untuk menyampaikan informasi secara ringkas namun tetap utuh.
Tantangan dalam Penerapan 5W+1H
Meski terlihat sederhana, menerapkan 5W+1H dalam berita bukan tanpa tantangan. Beberapa kendala yang sering muncul antara lain:
- Keterbatasan informasi – Tidak semua peristiwa langsung memiliki data lengkap.
- Tekanan waktu – Jurnalis sering harus menulis dengan cepat, sehingga ada risiko melewatkan satu atau dua unsur.
- Sumber yang tidak akurat – Jika informasi dari narasumber salah, unsur 5W+1H bisa ikut bias.
Oleh karena itu, verifikasi informasi menjadi tahap penting dalam memastikan kualitas berita tetap terjaga.
Kesimpulan
Unsur 5W+1H adalah fondasi dasar dalam jurnalisme modern. Dengan menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana, berita dapat tersaji secara utuh, jelas, dan bermanfaat bagi pembaca.
Di era digital yang penuh dengan informasi cepat dan singkat, prinsip 5W+1H tetap menjadi panduan emas agar jurnalis mampu menjaga kualitas dan kredibilitas karya jurnalistiknya.
Sumber Artikel : https://news.detik.com/
Sumber Gambar : https://umsb.ac.id/