Site icon UnpriEdu

Soft Skills Kunci Gen Z

Gen

Kesadaran akan pentingnya soft skills di kalangan generasi muda terus meningkat. Tidak hanya kemampuan akademik dan teknis, dunia kerja kini menuntut kecakapan komunikasi, kepemimpinan, hingga kemampuan beradaptasi. Menjawab tantangan tersebut, Politeknik Tempo bekerja sama dengan IKADIM menggelar kegiatan bedah buku bertema penguatan soft skills untuk Generasi Z.

Kegiatan ini menjadi ruang diskusi terbuka bagi mahasiswa, dosen, dan praktisi pendidikan untuk membedah pentingnya pengembangan karakter di tengah perubahan cepat dunia digital. Acara tersebut juga menegaskan bahwa soft skills bukan sekadar pelengkap, melainkan fondasi utama dalam membentuk sumber daya manusia yang unggul.

Menjawab Tantangan Dunia Kerja Modern

Perubahan lanskap industri akibat digitalisasi membuat kebutuhan tenaga kerja ikut bergeser. Perusahaan tidak lagi hanya mencari lulusan dengan nilai akademik tinggi, tetapi juga individu yang mampu bekerja dalam tim, berpikir kritis, dan berkomunikasi secara efektif.

Dalam bedah buku tersebut, narasumber menyoroti bahwa banyak lulusan muda masih mengalami kesenjangan soft skills. Hal ini sering kali menjadi penyebab sulitnya Gen Z beradaptasi di lingkungan kerja profesional, meskipun memiliki kemampuan teknis yang mumpuni.

Peran Pendidikan dalam Penguatan Karakter

Politeknik Tempo memandang pendidikan vokasi tidak hanya berfokus pada keterampilan teknis, tetapi juga pembentukan karakter. Melalui kegiatan bedah buku ini, kampus ingin menanamkan kesadaran bahwa soft skills harus diasah sejak dini, seiring dengan penguasaan hard skills.

IKADIM sebagai mitra dalam kegiatan ini turut menekankan pentingnya literasi, etika, dan kepekaan sosial. Bagi calon jurnalis maupun profesional muda, kemampuan memahami konteks sosial dan berkomunikasi dengan empati menjadi nilai tambah yang krusial.

Isi Buku yang Dibedah

Buku yang dibedah dalam acara ini mengulas berbagai aspek soft skills yang relevan bagi Gen Z, mulai dari manajemen diri, kepemimpinan, hingga kemampuan bekerja di tengah keberagaman. Penulis buku menekankan bahwa soft skills bukan bakat bawaan, melainkan kemampuan yang dapat dilatih melalui kebiasaan dan pengalaman.

Diskusi berlangsung interaktif, dengan peserta aktif mengajukan pertanyaan dan berbagi pengalaman pribadi. Hal ini menunjukkan antusiasme tinggi Gen Z terhadap topik pengembangan diri.

Gen Z dan Tantangan Era Digital

Generasi Z tumbuh di era digital dengan akses informasi yang sangat luas. Namun, derasnya arus teknologi juga menghadirkan tantangan tersendiri, seperti distraksi, tekanan sosial, dan rendahnya ketahanan mental.

Dalam diskusi, para pembicara menekankan bahwa soft skills seperti pengelolaan emosi, kemampuan berpikir kritis, dan etika digital menjadi semakin penting. Tanpa fondasi tersebut, Gen Z berisiko terjebak dalam dinamika digital yang kurang sehat.

Kolaborasi Akademisi dan Praktisi

Bedah buku ini menjadi contoh kolaborasi antara institusi pendidikan dan organisasi profesi. Politeknik Tempo menghadirkan perspektif akademik, sementara IKADIM membawa sudut pandang praktisi yang berpengalaman di dunia jurnalistik dan komunikasi.

Kolaborasi ini dinilai efektif dalam menjembatani teori dan praktik. Mahasiswa tidak hanya memahami konsep soft skills secara konseptual, tetapi juga melihat penerapannya langsung di dunia kerja.

Mendorong Budaya Literasi

Selain membahas soft skills, kegiatan ini juga bertujuan menumbuhkan budaya literasi di kalangan mahasiswa. Membaca dan mendiskusikan buku dianggap sebagai langkah awal dalam membangun pola pikir kritis dan reflektif.

Literasi yang baik akan membantu Gen Z memilah informasi, memahami isu secara mendalam, serta menyampaikan gagasan secara runtut dan bertanggung jawab. Nilai-nilai inilah yang ingin ditanamkan melalui bedah buku tersebut.

Respon Peserta

Peserta kegiatan menyambut positif acara ini. Banyak mahasiswa mengaku mendapatkan perspektif baru tentang pentingnya soft skills dalam merancang masa depan karier. Mereka juga menilai diskusi semacam ini perlu digelar secara rutin agar pengembangan diri tidak hanya bergantung pada kurikulum formal.

Antusiasme ini menunjukkan bahwa Gen Z semakin menyadari perlunya keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.

Soft Skills sebagai Investasi Jangka Panjang

Para narasumber sepakat bahwa soft skills merupakan investasi jangka panjang. Kemampuan beradaptasi, berkomunikasi, dan bekerja sama akan tetap relevan meski teknologi terus berubah.

Di tengah ketidakpastian masa depan kerja, individu dengan soft skills kuat dinilai lebih tahan menghadapi perubahan dan mampu menciptakan peluang baru.

Kesimpulan

Kegiatan bedah buku soft skills yang digelar Politeknik Tempo dan IKADIM menjadi langkah nyata dalam menyiapkan Gen Z menghadapi tantangan masa depan. Acara ini menegaskan bahwa keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh kecakapan teknis, tetapi juga oleh karakter dan kemampuan interpersonal.

Melalui penguatan soft skills, Gen Z diharapkan mampu menjadi generasi profesional yang adaptif, beretika, dan siap bersaing di dunia kerja yang semakin kompleks.


Sumber Artikel : https://www.tempo.co/
Sumber Gambar : https://www.tempo.co/

Exit mobile version