Menjadi mahasiswa kedokteran bukanlah hal mudah. Beban akademik yang tinggi, jadwal kuliah padat, dan tekanan ujian sering kali menjadi tantangan berat. Namun, Tegar — mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM — berhasil membuktikan bahwa konsistensi dan strategi belajar yang tepat dapat membawa hasil luar biasa. Ia meraih IPK sempurna selama tujuh semester berturut-turut, sebuah pencapaian yang jarang terjadi.

Perjalanan Awal Tegar di Dunia Kedokteran

Sejak awal masuk kuliah, Tegar menyadari bahwa dunia kedokteran menuntut kedisiplinan tinggi. Ia bukan hanya belajar teori, tetapi juga dituntut menguasai praktik klinis dan keterampilan komunikasi dengan pasien. “Sejak semester pertama, saya sadar harus punya cara belajar yang efisien, bukan hanya rajin tapi juga strategis,” ujarnya.

Alih-alih belajar maraton menjelang ujian, Tegar memilih untuk membangun kebiasaan belajar harian. Ia membagi materi besar menjadi potongan kecil yang lebih mudah dicerna, dan memastikan setiap topik benar-benar dipahami sebelum beralih ke materi berikutnya.

Strategi Belajar: Konsistensi dan Manajemen Waktu

Salah satu rahasia utama keberhasilan Tegar adalah manajemen waktu. Ia membuat jadwal belajar yang realistis, tidak berlebihan, tetapi rutin. “Saya belajar maksimal dua jam setiap hari, tapi fokus. Tidak ada gangguan ponsel atau media sosial,” katanya.

Tegar juga menerapkan teknik active recall dan spaced repetition, dua metode belajar ilmiah yang terbukti meningkatkan daya ingat jangka panjang. Dengan cara ini, ia tidak perlu menghafal dalam waktu singkat menjelang ujian.

“Setiap malam saya review materi kuliah hari itu. Lalu, dalam interval tertentu saya ulang lagi supaya tidak cepat lupa,” jelasnya.

Tidak Hanya Belajar, tapi Juga Menjaga Keseimbangan

Meski dikenal rajin, Tegar tidak mengorbankan seluruh waktunya untuk belajar. Ia tetap aktif dalam organisasi kampus dan kegiatan sosial. Menurutnya, keseimbangan antara akademik dan kehidupan pribadi justru membuatnya lebih produktif.

“Kalau hanya belajar terus, otak juga bisa jenuh. Saya tetap punya waktu untuk olahraga, nongkrong sama teman, dan ikut kegiatan sosial. Itu membuat saya lebih semangat,” ungkapnya.

Pendekatan ini membantunya menghindari burnout, masalah umum yang sering dialami mahasiswa kedokteran.

Fokus pada Pemahaman, Bukan Hafalan

Berbeda dengan sebagian mahasiswa yang fokus pada hafalan, Tegar lebih menekankan pemahaman konsep. Ia percaya bahwa dokter harus benar-benar memahami dasar ilmiah di balik setiap tindakan medis.

“Kalau cuma hafal, gampang lupa. Tapi kalau paham konsepnya, kita bisa menjawab pertanyaan dari berbagai sudut,” tuturnya.

Ia juga rajin berdiskusi dengan dosen dan teman sekelas untuk memperdalam pemahaman. Diskusi kelompok menjadi salah satu cara efektifnya menguasai materi sulit.

Membangun Lingkungan Belajar yang Positif

Menurut Tegar, lingkungan belajar yang mendukung sangat penting. Ia memilih teman belajar yang memiliki semangat dan tujuan yang sama. Mereka saling mengingatkan, berbagi catatan, dan memberi motivasi saat salah satu merasa lelah.

“Kita saling dorong. Kalau ada yang ketinggalan, teman lain bantu. Itu bikin belajar jadi lebih ringan,” katanya.

Menghadapi Tantangan dengan Mental Tangguh

Perjalanan Tegar tentu tidak selalu mulus. Ia juga mengalami stres menjelang ujian, kelelahan saat rotasi klinik, dan tekanan tinggi dalam proses belajar. Namun, mental tangguh yang ia bangun menjadi kunci untuk terus maju.

“Kalau ada masalah, saya coba tenangkan diri dan evaluasi strategi belajar. Jangan dipaksakan kalau capek, istirahat sebentar lalu lanjut lagi,” ucapnya.

Ia juga belajar untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain. Fokus pada proses pribadi menjadi prinsip penting dalam menjaga motivasi.

Inspirasi bagi Mahasiswa Lain

Kisah Tegar menjadi inspirasi banyak mahasiswa. Ia membuktikan bahwa IPK tinggi bukan hasil dari belajar tanpa henti, melainkan hasil dari strategi cerdas, kedisiplinan, dan keseimbangan hidup.

“Yang penting bukan siapa yang paling lama belajar, tapi siapa yang paling efektif,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa setiap orang punya gaya belajar berbeda. “Temukan cara belajar yang cocok dengan dirimu. Jangan cuma ikut-ikutan,” tambahnya.

Peran Dosen dan Dukungan Kampus

Selain usaha pribadi, Tegar mengakui bahwa peran dosen dan sistem pembelajaran UGM turut membantu keberhasilannya. Pendekatan berbasis kasus dan diskusi interaktif membuat proses belajar lebih hidup dan bermakna.

UGM juga menyediakan berbagai fasilitas belajar seperti e-learning, simulasi klinik, dan bimbingan akademik yang memudahkan mahasiswa memahami materi kompleks.

Mimpi dan Langkah Selanjutnya

Meski sudah meraih IPK sempurna selama tujuh semester, Tegar tidak ingin cepat puas. Ia bercita-cita melanjutkan pendidikan spesialis dan berkontribusi pada dunia kesehatan Indonesia.

“IPK tinggi itu bukan akhir, tapi bekal untuk melangkah lebih jauh. Saya ingin menjadi dokter yang kompeten dan bermanfaat,” katanya.

Kisah Tegar menjadi pengingat bahwa kesuksesan akademik dapat diraih melalui strategi belajar cerdas, konsistensi, dan keseimbangan hidup. Bagi mahasiswa lain, pencapaiannya bisa menjadi motivasi untuk terus berjuang — bukan dengan tekanan, tetapi dengan cara belajar yang lebih efektif dan sehat.


Sumber Artikel : https://www.detik.com/
Sumber Gambar : https://www.detik.com/