Dalam dunia pendidikan yang kerap terjebak rutinitas, sosok Pengajar Mubarok hadir membawa napas segar melalui pendekatan pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif. Pengajar asal Jawa Tengah ini tidak hanya mengajarkan pelajaran di kelas, tetapi juga menginspirasi siswanya untuk berpikir kreatif, bereksperimen, dan menjadi penemu kecil di lingkungan sekolah mereka.

Belajar Tak Harus Serius, Tapi Bermakna

Bagi Mubarok, belajar bukan sekadar menghafal rumus atau mengerjakan soal. Ia percaya bahwa rasa ingin tahu adalah bahan bakar utama dalam pendidikan.

“Kalau anak-anak sudah penasaran, mereka akan mencari tahu sendiri tanpa disuruh,” ujarnya sambil tersenyum.

Metode ini ia wujudkan melalui kelas eksperimen yang ia rancang sendiri. Siswa tidak hanya duduk mendengarkan, tetapi juga aktif melakukan percobaan sains sederhana, membuat alat, dan memecahkan masalah nyata di sekitar mereka.

Di salah satu kelasnya, misalnya, siswa diminta membuat filter air sederhana dari bahan-bahan di sekitar sekolah. Selain memahami konsep sains, mereka juga belajar pentingnya menjaga lingkungan.

Pembelajaran Menyenangkan, Hasilnya Menginspirasi

Pendekatan Mubarok terbukti efektif. Siswa-siswanya terlihat lebih aktif, berani bertanya, dan tidak takut salah. Banyak dari mereka bahkan berhasil menciptakan karya penemuan sederhana seperti lampu otomatis dari botol bekas, alat penyiram tanaman tenaga surya, hingga mobil mini bertenaga angin.

Salah satu siswanya, Rafi, bercerita bahwa belajar bersama Pak Mubarok terasa seperti bermain tapi penuh makna.

“Kami jadi suka pelajaran IPA karena bisa membuat sesuatu yang nyata, bukan cuma baca buku,” ujarnya dengan semangat.

Integrasi Kurikulum dan Kreativitas

Pengajar Mubarok menggabungkan kurikulum nasional dengan pendekatan Project-Based Learning (PBL), di mana siswa belajar dari proyek nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Setiap topik pelajaran ia kemas menjadi tantangan atau proyek kecil yang mendorong kolaborasi dan pemecahan masalah.

Misalnya, dalam materi energi, ia mengajak siswa membuat miniatur turbin angin. Dari sana, siswa memahami bagaimana energi angin bisa diubah menjadi listrik, sambil belajar konsep gaya, rotasi, dan kelistrikan.

“Ketika anak belajar dengan tangan, bukan hanya kepala, maka konsepnya melekat lebih lama,” tutur Mubarok yang kini menjadi inspirasi bagi banyak pengajar di daerahnya.

Dari Kelas ke Kompetisi Nasional

Dedikasi Mubarok dalam dunia pendidikan berbuah manis. Beberapa hasil karya siswanya telah diikutsertakan dalam Lomba Inovasi Sains Anak Nasional dan berhasil meraih penghargaan.
Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan kreatif tidak memerlukan alat canggih atau biaya besar, melainkan kemauan untuk berpikir berbeda.

“Saya ingin membuktikan bahwa sekolah di desa juga bisa menghasilkan penemu muda,” tegas Mubarok dengan nada penuh keyakinan.

Ia pun kerap diundang menjadi pembicara dalam pelatihan pengajar untuk berbagi pengalaman mengenai strategi pembelajaran berbasis eksperimen dan kreativitas.

Membangun Lingkungan Belajar yang Mendukung

Sukses metode Mubarok tak lepas dari dukungan lingkungan sekolah yang terbuka terhadap inovasi. Kepala sekolahnya, Ibu Ratna, menyebut bahwa Mubarok membawa semangat perubahan yang nyata.

“Anak-anak lebih percaya diri dan termotivasi belajar karena pendekatannya humanis,” ujarnya.

Selain itu, Mubarok juga aktif melibatkan orang tua dan masyarakat dalam proses belajar. Ia mengadakan “Pekan Penemu Cilik”, di mana siswa memamerkan hasil karyanya kepada warga sekitar. Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dan meningkatkan kebanggaan komunitas terhadap sekolah.

Teknologi Sebagai Pendukung, Bukan Pengganti

Di era digital, Mubarok juga memanfaatkan teknologi untuk memperluas wawasan siswanya. Ia menggunakan video pembelajaran, aplikasi simulasi sains, dan platform daring untuk eksplorasi ide.
Namun, ia menegaskan bahwa teknologi hanyalah alat bantu, bukan pusat pembelajaran.

“Yang penting adalah membangun karakter ingin tahu dan semangat belajar. Teknologi akan efektif kalau digunakan dengan bijak,” jelasnya.

Dengan keseimbangan antara pendekatan digital dan pengalaman langsung, siswa dapat memahami teori sekaligus praktik secara utuh.

Mendorong Kemandirian dan Tanggung Jawab

Selain aspek akademik, Mubarok juga menanamkan nilai kemandirian, disiplin, dan kerja sama. Dalam setiap proyek, siswa diajarkan untuk merencanakan, membagi tugas, dan menyelesaikan tantangan bersama.

Pendekatan ini melatih anak berpikir kritis dan bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya.

“Kalau gagal, mereka belajar memperbaiki. Kalau berhasil, mereka belajar bersyukur,” katanya dengan nada lembut namun tegas.

Inspirasi bagi Dunia Pendidikan Indonesia

Kisah Mubarok kini menjadi inspirasi di kalangan pendidik. Banyak pengajar mulai mengadopsi model pembelajaran serupa, di mana siswa menjadi subjek aktif dalam proses belajar.
Beberapa sekolah bahkan mulai membentuk “Lab Penemuan Mini” yang meniru konsep kelas kreatif ala Mubarok.

Melalui dedikasi dan semangat inovasinya, Pengajar Mubarok membuktikan bahwa pendidikan berkualitas tidak harus bergantung pada fasilitas mewah, melainkan pada pengajar yang mampu menyalakan rasa ingin tahu di dalam diri anak-anak.

Kesimpulan

Metode pembelajaran menyenangkan yang diterapkan oleh Pengajar Mubarok bukan hanya menjadikan siswa lebih semangat belajar, tetapi juga mencetak generasi penemu masa depan.
Dengan mengedepankan kreativitas, kolaborasi, dan kemandirian, ia membangun ekosistem belajar yang hidup dan bermakna.

Pendidikan seharusnya bukan tentang menghafal jawaban, tetapi menemukan pertanyaan baru — dan Mubarok telah membuktikan hal itu lewat langkah-langkah sederhana yang mengubah masa depan anak-anak di kelasnya.


Sumber Artikel : https://edukasi.sindonews.com/
Sumber Gambar : https://edukasi.sindonews.com/