Penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah-sekolah Indonesia kembali menjadi sorotan setelah keluarnya laporan tinjauan bukti (evidence review) yang disusun oleh IDinsight bersama Pusat Studi Kebijakan Publik (PSKP). Laporan ini memberikan gambaran komprehensif mengenai keberhasilan yang telah dicapai, sekaligus tantangan yang masih dihadapi dalam upaya membentuk profil Pelajar Pancasila (P5).

Latar Belakang Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka diluncurkan pemerintah untuk memberikan fleksibilitas lebih kepada sekolah dan pengajar dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Konsep ini menekankan student-centered learning, pembelajaran kontekstual, serta pengembangan karakter yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila.

Sejak implementasinya, Kurikulum Merdeka telah diadopsi oleh ribuan sekolah di seluruh Indonesia, baik pada tingkat pendidikan dasar maupun menengah. Namun, keberhasilan penerapannya sangat bergantung pada kesiapan sumber daya manusia, infrastruktur, dan dukungan kebijakan.

Temuan Positif dari Laporan Evaluasi

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, terdapat beberapa aspek positif yang patut diapresiasi:

  1. Peningkatan Profesionalisme Pengajar
    Laporan menunjukkan adanya peningkatan kompetensi pengajar dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang lebih relevan dengan kondisi siswa. Pengajar menjadi lebih mandiri dalam menentukan metode, materi, dan strategi evaluasi.
  2. Pembelajaran Kolaboratif
    Implementasi Kurikulum Merdeka mendorong kolaborasi antar pengajar, baik dalam perencanaan pembelajaran maupun evaluasi hasil belajar. Hal ini menciptakan budaya saling belajar yang memperkaya proses pendidikan.
  3. Pendekatan Teaching at the Right Level (TaRL)
    Pendekatan TaRL, yang menempatkan siswa sesuai tingkat kemampuan mereka, dinilai efektif dalam meningkatkan hasil belajar. Pengajar dapat menyesuaikan metode pengajaran agar sesuai dengan kemampuan individual siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih inklusif.
  4. Penguatan Karakter melalui P5
    Sejumlah sekolah berhasil mengintegrasikan proyek-proyek P5 dalam kegiatan belajar. Proyek ini tidak hanya mengasah keterampilan akademik, tetapi juga membentuk sikap gotong royong, toleransi, dan kepedulian sosial.

Tantangan yang Masih Mengemuka

Meski mencatat berbagai kemajuan, evaluasi ini juga menemukan sejumlah tantangan yang perlu segera ditangani:

  1. Konsistensi Pelaksanaan
    Tidak semua sekolah mampu menerapkan Kurikulum Merdeka secara konsisten. Perbedaan kualitas penerapan antar sekolah sering dipengaruhi oleh sumber daya, kepemimpinan, dan dukungan lingkungan.
  2. Keterbatasan Pelatihan Pengajar
    Sebagian pengajar merasa pelatihan yang mereka terima masih belum cukup untuk memahami filosofi dan strategi pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka. Hal ini berdampak pada kualitas implementasi di lapangan.
  3. Evaluasi dan Monitoring Berkelanjutan
    Mekanisme evaluasi yang ada belum sepenuhnya memastikan perbaikan berkelanjutan. Dibutuhkan sistem monitoring yang lebih terstruktur agar kebijakan ini bisa dioptimalkan.
  4. Penguatan P5 yang Merata
    Meski P5 menjadi bagian penting dalam kurikulum, belum semua sekolah mampu mengintegrasikannya secara efektif. Sebagian besar masih berfokus pada aspek akademik tanpa mengembangkan keterampilan sosial dan emosional secara seimbang.

Rekomendasi dari Evaluasi

Laporan IDinsight dan PSKP merekomendasikan beberapa langkah strategis untuk memperbaiki implementasi Kurikulum Merdeka:

  • Peningkatan Intensitas dan Kualitas Pelatihan Pengajar
    Pelatihan harus lebih aplikatif, dengan menekankan praktik langsung di kelas, berbagi pengalaman antar pengajar, dan penggunaan sumber belajar inovatif.
  • Penguatan Mekanisme Monitoring
    Pemerintah dan dinas pendidikan perlu mengembangkan indikator yang jelas untuk mengukur keberhasilan implementasi, baik dari sisi hasil belajar siswa maupun ketercapaian tujuan karakter P5.
  • Kolaborasi dengan Komunitas Pendidikan
    Mengajak universitas, LSM, dan komunitas belajar untuk terlibat dalam mendukung sekolah. Pendekatan ini dapat memperluas jaringan dukungan bagi pengajar dan siswa.
  • Pemanfaatan Teknologi Pendidikan
    Teknologi dapat menjadi solusi untuk mempermudah proses pembelajaran, evaluasi, dan kolaborasi antar sekolah. Platform digital dapat membantu pengajar mengakses materi, berinteraksi dengan rekan sejawat, dan memantau perkembangan siswa.

Kesimpulan

Kurikulum Merdeka memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, terutama dalam membentuk generasi Pelajar Pancasila yang kompeten, berkarakter, dan adaptif terhadap perubahan zaman. Namun, potensi ini hanya bisa tercapai jika tantangan yang ada diatasi melalui pelatihan pengajar yang berkualitas, monitoring yang konsisten, serta kolaborasi lintas sektor.

Evaluasi yang dilakukan oleh IDinsight dan PSKP menjadi pengingat bahwa reformasi pendidikan adalah proses jangka panjang yang memerlukan komitmen semua pihak. Keberhasilan Kurikulum Merdeka tidak hanya diukur dari perubahan dokumen kurikulum, tetapi juga dari perubahan nyata di ruang kelas dan perkembangan siswa itu sendiri.

Dengan perbaikan berkelanjutan, Kurikulum Merdeka diharapkan mampu menjadi fondasi pendidikan masa depan Indonesia yang lebih inklusif, relevan, dan berkualitas tinggi.


Sumber Artikel : https://www.kompasiana.com/
Sumber Gambar : https://www.gurusiana.id/