Ketika aplikasi kencan semakin populer di kalangan generasi muda, sisi gelap dunia digital pun ikut menyeruak. Banyak orang yang berharap menemukan pasangan justru harus menghadapi tipu daya para penjahat siber. Salah satu perempuan yang nyaris menjadi korban, Helinsa Kaban atau akrab disapa Elin, memilih tidak tinggal diam. Dari pengalaman pahitnya, ia membangun sebuah komunitas bernama Safe Dating Space, wadah bagi perempuan pengguna dating apps agar lebih waspada terhadap modus penipuan bermotif asmara alias love scam.

Kini, komunitas itu telah beranggotakan lebih dari 500 orang dari berbagai daerah di Indonesia. Bagi Elin, ini bukan sekadar ruang berbagi kisah, tetapi juga bentuk sisterhood — ikatan persaudaraan yang saling menguatkan di tengah maraknya ancaman penipuan online.

Awal Mula Elin Menyadari Penipuan

Cerita ini bermula ketika Elin mencoba aplikasi kencan pada 2022, setelah hubungan asmaranya selama 4,5 tahun kandas. Awalnya, ia berharap bisa menemukan pasangan baru, namun justru dihadapkan pada kejanggalan.

Salah seorang pria yang ditemuinya dengan mudah mengirimkan KTP — sebuah tindakan yang justru mencurigakan. Ia juga kerap menceritakan kisah sedih tentang perceraian demi menarik simpati. Elin kemudian melakukan penelusuran foto yang digunakan pria itu, dan ternyata foto tersebut adalah milik model Filipina. Penelusuran nomor telepon juga membuktikan bahwa identitas pria itu palsu.

“Dari situ saya langsung memutuskan hubungan,” ujar Elin.

Sayangnya, tidak semua orang memiliki kewaspadaan serupa. Banyak perempuan akhirnya menjadi korban, kehilangan bukan hanya hati tetapi juga uang, bahkan hingga ratusan juta rupiah.

Lahirnya Safe Dating Space

Melihat banyak korban berjatuhan, Elin tergerak untuk berbagi pengalaman. Ia memulai dari TikTok, menceritakan modus-modus penipuan yang pernah ditemuinya. Responsnya luar biasa — banyak yang mengirim pesan menanyakan apakah orang yang mereka kenal di aplikasi kencan adalah scammer.

Merasa perlu wadah yang lebih terorganisir, pada November 2024 Elin mendirikan Safe Dating Space di WhatsApp Community. Dalam waktu singkat, anggotanya mencapai ratusan orang. Kini, lebih dari 508 perempuan bergabung, dengan rentang usia 25 hingga 47 tahun.

“Tidak semua anggota adalah korban, banyak juga yang bergabung untuk belajar agar tidak tertipu,” kata Elin yang berprofesi sebagai manajer pemasaran di sebuah perusahaan teknologi.

Dari Wadah Berbagi Menjadi Sisterhood

Komunitas ini berkembang pesat. Anggotanya tidak hanya berbagi pengalaman tentang modus penipuan, tetapi juga membangun solidaritas emosional.

Mereka mengadakan pertemuan luring di beberapa kota, seperti Jakarta, Bandung, dan Palembang. Dari pertemuan itu, lahirlah semangat baru: komunitas ini menjadi emotional support system, tempat perempuan saling menguatkan dan menegakkan kembali rasa percaya diri setelah pengalaman pahit.

Elin bahkan membuat sub-grup bernama Rise and Heal, khusus bagi penyintas kekerasan dalam rumah tangga atau yang pernah menikah. “Di sini mereka saling support satu sama lain,” ujarnya.

Modus-Modus Penipuan Cinta

Dari obrolan dalam komunitas, Elin mengetahui berbagai modus love scam. Beberapa di antaranya adalah:

  • Lisboa dan Makau: Penipu mengaku sedang ditugaskan ke luar negeri dan meminta korban mengirim uang karena mengalami masalah.
  • Dokter Militer: Pelaku menyamar sebagai tentara atau dokter yang sedang ditugaskan ke daerah konflik, lalu meminta bantuan finansial.
  • Investasi dan Crypto: Korban diajak ikut trading atau investasi palsu dengan iming-iming keuntungan besar.
  • Hadiah Palsu: Penipu mengaku membelikan barang, lalu meminta korban membayar pajaknya.

Menurut Elin, para penipu sangat terampil melakukan profiling. Mereka tahu targetnya — perempuan berusia matang yang mapan secara ekonomi dan sedang membutuhkan pasangan.

“Yang pertama kali diincar adalah mental korbannya, baru setelah itu uangnya,” jelasnya.

Dari Kamboja ke Dompet Digital

Berkat pengalaman bekerja di dunia crypto, Elin bersama komunitasnya sempat melacak transaksi korban. Hasilnya, sebagian besar aliran dana menuju crypto wallet yang terhubung dengan sindikat di Kamboja. Negara itu memang dikenal sebagai pusat berbagai aktivitas kriminal digital, mulai dari love scam hingga judi online.

“Dari data yang kami tracking, love scam berputar di sana,” kata Elin.

Tips Menghindari Love Scam

Elin membagikan sejumlah tips bagi siapa saja yang aktif di aplikasi kencan:

  1. Lakukan reverse image search pada foto profil.
  2. Waspadai cerita terlalu sempurna atau penuh kesedihan.
  3. Hati-hati dengan video call menggunakan AI, biasanya terlihat kaku dan tidak natural.
  4. Suudzon itu wajib jika sesuatu terasa terlalu indah untuk menjadi kenyataan.
  5. Perhatikan ritme hubungan, jika terasa terburu-buru, lebih baik segera menjauh.
  6. Catat pola foto serupa, misalnya scammer sering menggunakan gambar “buah naga” atau foto bandara yang berulang.

Menurut Elin, kunci utama adalah jangan denial. “Patah hati bisa sembuh dalam dua atau tiga hari, tapi kehilangan uang bisa sangat menyakitkan,” tegasnya.

Harapan Elin untuk Masa Depan

Elin berharap komunitasnya terus berkembang menjadi wadah edukasi yang lebih besar. Ia bahkan bermimpi membuat aplikasi khusus yang menyediakan ruang aman bagi perempuan untuk saling berbagi tanpa takut dihakimi.

“We are in this journey together, tetap berhati-hati dan semangat. Jangan malu mencari jodoh di dating apps, karena itu bagian dari ikhtiar,” tuturnya.

Kisah Inspiratif dari Pahlawan Sehari-Hari

Cerita Elin adalah salah satu potret nyata perjuangan masyarakat dalam menghadapi ancaman digital. Apa yang ia lakukan menunjukkan bahwa keberanian untuk berbagi pengalaman bisa menyelamatkan banyak orang.

Lebih dari sekadar komunitas, Safe Dating Space kini menjadi simbol perlawanan terhadap love scam sekaligus bukti bahwa kekuatan sisterhood dapat membangun benteng perlindungan bagi perempuan.


Sumber Artikel : https://www.cna.id/
Sumber Gambar : https://www.cna.id/