Sejarah Islam penuh dengan kisah teladan tentang akhlak mulia, keimanan, dan pengorbanan. Salah satu sosok yang paling sering disebut ketika membicarakan bakti seorang anak kepada orang tua adalah Uwais Al Qarni, seorang pemuda miskin dari Yaman. Meski hidup serba kekurangan, namanya harum di langit berkat baktinya kepada sang ibu yang sudah tua, lumpuh, dan buta.

Uwais tak pernah bertemu langsung dengan Rasulullah SAW. Namun, keistimewaannya diabadikan dalam hadis, bahkan Rasulullah berwasiat kepada para sahabat untuk meminta doa kepada Uwais bila bertemu dengannya. Kisahnya hingga kini menjadi sumber inspirasi, bukan hanya bagi umat Muslim, melainkan juga bagi siapa pun yang menghargai perjuangan dan pengorbanan seorang anak.

Siapa Uwais Al Qarni?

Uwais lahir dan besar di daerah Qarn, Yaman. Sejak kecil ia hidup dalam kemiskinan setelah ditinggalkan ayahnya. Satu-satunya orang yang ia miliki hanyalah ibunya, yang lumpuh dan buta. Dalam kondisi itu, Uwais tumbuh menjadi pemuda sederhana, pekerja keras, dan penuh kasih sayang.

Sehari-hari ia bekerja sebagai pedagang kecil serta penggembala kambing milik orang lain. Dari hasil kerjanya, ia hanya bisa memenuhi kebutuhan pokok dirinya dan ibunya. Meski begitu, hidupnya justru terasa penuh berkah. Ia dikenal taat beribadah dan selalu mengutamakan kebahagiaan ibunya di atas segalanya.

Pengakuan Rasulullah SAW

Keistimewaan Uwais tidak terlepas dari pengakuan langsung Rasulullah SAW. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah menyebutkan bahwa ada seorang laki-laki dari Yaman yang doanya sangat makbul. Meski tak pernah bertemu, Rasulullah meminta para sahabat untuk meminta doa kepada Uwais bila suatu saat bersua dengannya.

Hal ini menunjukkan betapa tinggi derajat Uwais di hadapan Allah SWT. Ketulusannya berbakti kepada ibunya membuatnya dicintai Allah hingga namanya dikenal para penghuni langit.

Ujian Penyakit dan Kesabaran

Selain hidup dalam kemiskinan, Uwais juga diuji dengan penyakit sopak yang menyebabkan kulitnya belang-belang. Kondisi ini tentu bukan hal mudah, apalagi dalam lingkungan sosial pada masa itu. Namun, Uwais tidak pernah mengeluh.

Ia tetap bersabar, terus bekerja keras, dan beribadah dengan ikhlas. Penyakit itu tak membuatnya putus asa, melainkan semakin mendekatkan dirinya kepada Allah SWT. Kesabaran inilah yang semakin meninggikan derajatnya.

Kisah Mengantar Ibu Berhaji

Salah satu kisah paling terkenal dari Uwais Al Qarni adalah pengorbanannya untuk memenuhi keinginan sang ibu agar bisa berhaji. Meski miskin, Uwais tidak menyerah. Ia berusaha keras menabung dan mencari cara agar bisa membawa ibunya ke tanah suci.

Dikisahkan, karena tidak memiliki biaya cukup, Uwais menyiapkan perjalanan haji dengan cara yang sangat sederhana. Ia bahkan melatih fisiknya dengan membawa ibunya di punggung sambil berkeliling daerah, agar terbiasa menempuh perjalanan jauh.

Pengorbanan luar biasa ini menjadi simbol bakti seorang anak kepada orang tua. Uwais tidak hanya melaksanakan perintah agama, tetapi juga memastikan ibunya bisa merasakan kebahagiaan menunaikan rukun Islam kelima.

Inspirasi Bagi Generasi Muslim

Kisah Uwais Al Qarni hingga kini masih menjadi teladan bagi umat Islam di seluruh dunia. Banyak ulama dan tokoh muslim yang mengingatkan generasi muda untuk belajar dari ketulusannya.

Dari Uwais, kita belajar bahwa:

  1. Bakti kepada orang tua lebih utama dari segalanya. Keberkahan hidup sering kali datang dari keridaan orang tua.
  2. Kesederhanaan bukan penghalang untuk meraih kemuliaan. Meski miskin, Uwais justru mulia di mata Allah.
  3. Kesabaran menghadapi ujian hidup. Penyakit dan kekurangan tak membuatnya berputus asa, melainkan semakin dekat kepada Allah.
  4. Ikhlas dalam pengorbanan. Semua yang dilakukan Uwais untuk ibunya semata-mata karena cinta dan ibadah.

Uwais dalam Literatur Islam

Kisah tentang Uwais banyak tercatat dalam literatur klasik. Dalam kitab Hilyah al-Awliya karya Abu Nu’aim al-Asfahani, Uwais disebut sebagai sosok yang dicintai Allah karena baktinya kepada ibunya. Sementara dalam Tabaqat Ibn Sa’d, diceritakan bagaimana Uwais masuk Islam setelah menerima dakwah para sahabat di Yaman.

Riwayat-riwayat ini menjadi bukti betapa besar penghargaan ulama terhadap sosok Uwais. Ia bukan hanya sekadar legenda, melainkan figur nyata yang jejaknya tercatat dalam sejarah Islam.

Relevansi di Masa Kini

Kisah Uwais Al Qarni sangat relevan di tengah tantangan zaman modern. Banyak anak yang sibuk dengan karier, pendidikan, atau urusan pribadi hingga melupakan kewajiban berbakti kepada orang tua.

Padahal, ridha Allah bergantung pada ridha orang tua. Uwais menunjukkan bahwa keberhasilan sejati bukan diukur dari harta atau status, melainkan dari ketulusan dalam memenuhi hak orang tua.

Di era modern ini, teladan Uwais bisa menjadi pengingat bagi kita semua: sesibuk apa pun, jangan pernah melupakan doa dan kebahagiaan orang tua.

Penutup

Kisah Uwais Al Qarni adalah kisah tentang cinta, pengorbanan, dan kesabaran. Meski hidup miskin, sakit, dan tak pernah bertemu Rasulullah SAW, ia mendapat kemuliaan luar biasa karena baktinya kepada ibunya.

Hingga kini, Uwais menjadi teladan abadi bagi umat manusia. Dari dirinya kita belajar bahwa jalan menuju kemuliaan bisa ditempuh melalui bakti tulus kepada orang tua, tanpa pamrih dan penuh cinta.


Sumber Artikel : https://www.liputan6.com/
Sumber Gambar : https://meccatour.id/