Tahun ajaran 2025/2026 menjadi momen penting dalam sejarah pendidikan nasional. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia secara resmi memperluas implementasi Kurikulum Merdeka ke lebih dari 95% satuan pendidikan, dari tingkat dasar hingga menengah.

Dengan semangat merdeka belajar, kurikulum ini mengusung pendekatan revolusioner: bukan lagi menjejali siswa dengan materi yang seragam dan padat, melainkan mengutamakan proyek kontekstual, pemahaman mendalam, dan kompetensi nyata.


Pendekatan Baru: Dari Hafalan ke Aplikasi

Salah satu inti perubahan dari Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran berbasis proyek. Siswa diajak menyelami topik melalui eksplorasi nyata, kolaborasi tim, dan presentasi akhir. Proyek-proyek ini dirancang berdasarkan kebutuhan lokal, minat siswa, dan isu-isu kehidupan nyata.

Contohnya, di sekolah dasar wilayah pesisir, siswa membuat proyek konservasi laut. Di daerah pertanian, siswa meneliti praktik pertanian berkelanjutan. Ini menjadikan belajar lebih relevan dan bermakna, bukan sekadar rutinitas kelas.


Pengurangan Mapel, Pendalaman Konsep

Kurikulum Merdeka 2025 juga melakukan penyederhanaan mata pelajaran. Daripada banyak tapi dangkal, fokusnya kini adalah sedikit tapi mendalam. Materi yang diajarkan tidak harus diselesaikan seluruhnya, namun siswa diharapkan memahami inti dan aplikasinya.

Sebagai contoh, pelajaran IPA tidak lagi mengejar seluruh topik dalam satu semester, melainkan mengeksplorasi satu tema seperti energi atau siklus air melalui eksperimen, diskusi, dan proyek lintas disiplin.


Penilaian Formatif: Proses Lebih Penting dari Hasil Akhir

Sistem penilaian juga mengalami perubahan besar. Kurikulum Merdeka mengedepankan penilaian formatif, yaitu penilaian yang berlangsung selama proses belajar untuk memberikan umpan balik yang konstruktif.

Evaluasi bukan lagi berpusat pada ujian akhir atau nilai angka, tetapi refleksi, portofolio, dan observasi langsung terhadap proses belajar siswa.

Pengajar kini berperan sebagai fasilitator pembelajaran, bukan sekadar penyampai materi. Mereka mendampingi siswa memahami “mengapa” dan “bagaimana” suatu konsep, bukan hanya “apa”.


Profil Pelajar Pancasila Sebagai Tujuan Utama

Tujuan akhir dari Kurikulum Merdeka adalah mencetak generasi Pelajar Pancasila. Profil ini menekankan enam dimensi utama:

  1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, serta berakhlak mulia
  2. Berkebhinekaan global
  3. Gotong royong
  4. Mandiri
  5. Bernalar kritis
  6. Kreatif

Semua proyek, kegiatan belajar, dan penilaian diarahkan agar siswa menumbuhkan karakter dan kompetensi tersebut.


Pelatihan dan Transformasi untuk Tenaga Pendidik

Perubahan besar ini tentu membutuhkan transformasi cara mengajar. Oleh karena itu, Kementerian telah menyiapkan pelatihan intensif untuk para pendidik.

Pelatihan mencakup:

  • Desain proyek tematik
  • Asesmen formatif dan rubrik kinerja
  • Pendekatan diferensiasi dan pembelajaran personal

Dengan dukungan platform Merdeka Mengajar, para pendidik dapat berbagi praktik baik, sumber daya, dan mengikuti pelatihan daring sesuai kebutuhan.


Uji Coba dan Dampak Awal

Kurikulum Merdeka sebelumnya telah diuji coba di ribuan sekolah penggerak sejak 2021. Hasil dari sekolah-sekolah tersebut menunjukkan:

  • Peningkatan keterlibatan siswa dalam proses belajar
  • Kemandirian dan rasa ingin tahu yang lebih tinggi
  • Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah

Misalnya, di SD Negeri 3 Majalengka, siswa kelas 5 mampu merancang sistem irigasi mini sebagai proyek akhir tema “Air untuk Kehidupan”, mempresentasikannya di forum orang tua dan komunitas.


Tantangan dalam Implementasi Nasional

Meski antusiasme tinggi, implementasi skala besar tentu menghadapi tantangan. Beberapa di antaranya:

  • Ketersediaan fasilitas dan infrastruktur digital di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar)
  • Variasi kualitas pendidik antar daerah
  • Perubahan pola pikir dari semua pemangku kepentingan — dari kepala sekolah, pendidik, orang tua, hingga siswa itu sendiri

Pemerintah terus mendorong kolaborasi dengan pemerintah daerah, komunitas pendidikan, dan dunia industri untuk mengatasi tantangan ini.


Dukungan untuk Siswa dan Orang Tua

Kurikulum Merdeka juga didesain agar orang tua dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran anak. Komunikasi antara pendidik dan orang tua diperkuat, terutama dalam menyampaikan perkembangan siswa secara berkala melalui portofolio digital dan laporan kualitatif.

Selain itu, tersedia modul belajar mandiri dan aplikasi pendukung yang bisa digunakan di rumah, agar siswa tetap bisa belajar secara fleksibel.


Dengan seluruh pendekatan baru ini, Kurikulum Merdeka 2025 bertujuan membentuk generasi yang mampu menghadapi tantangan abad ke-21, termasuk perkembangan teknologi, perubahan iklim, dan dinamika sosial global.

“Kami ingin anak-anak Indonesia tidak hanya pintar, tapi juga tangguh, kreatif, dan berdaya saing,” kata Mendikbudristek Nadiem Makarim dalam pidatonya di peluncuran kurikulum ini.


Kesimpulan: Transformasi Nyata dalam Sistem Pendidikan

Kurikulum Merdeka 2025 bukan sekadar perubahan silabus, melainkan transformasi menyeluruh dalam cara bangsa ini mendidik generasinya. Dengan pendekatan proyek, penilaian formatif, dan fokus pada kompetensi aplikatif, sistem pendidikan Indonesia semakin mendekati tujuan idealnya: menciptakan manusia pembelajar sepanjang hayat.

Sumber Artikel : https://indramayukab.kppd-jabar.org/
Sumber Gambar : https://mts-sukaramaiatas.sch.id/