Jakarta terus menjadi pusat dinamika pendidikan di Indonesia. Dengan jumlah sekolah menengah dan perguruan tinggi yang sangat besar, kota ini menjadi barometer kualitas dan budaya literasi generasi muda. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: siapa yang lebih unggul dalam budaya literasi, pelajar SMA atau mahasiswa? Sebuah riset terbaru mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan pendekatan yang lebih komprehensif, mencakup perilaku membaca, akses teknologi, kebiasaan mencari informasi, hingga motivasi belajar.

Perubahan Pola Literasi Setelah Era Digital

Literasi di era modern tidak lagi sekadar membaca buku fisik. Pelajar dan mahasiswa kini bergantung pada sumber digital seperti artikel online, e-book, forum akademik, dan media sosial edukatif. Namun, digitalisasi juga membawa tantangan: konsentrasi yang menurun, paparan informasi berlebihan, dan preferensi pada bacaan singkat.

Menurut penelitian lembaga edukasi di Jakarta, mahasiswa cenderung lebih adaptif terhadap literasi digital. Mereka menggunakan jurnal digital, platform akademik, dan e-learning sebagai bahan utama dalam proses belajar. Sebaliknya, pelajar SMA menunjukkan pola ganda: sebagian terbiasa membaca dari buku pelajaran fisik, sebagian lainnya lebih bergantung pada ringkasan pelajaran di media sosial dan video pembelajaran.

Durasi Membaca: Mahasiswa Unggul Tipis

Riset menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa membaca 25–45 menit per hari, sementara pelajar SMA sekitar 15–30 menit. Durasi ini tidak selalu berkaitan dengan minat, melainkan tuntutan akademik.

Mahasiswa dituntut mengerjakan esai, laporan penelitian, dan review literatur, sehingga konsumsi bacaan mereka lebih banyak. Pelajar SMA, meskipun memiliki tugas, masih lebih mengandalkan penjelasan langsung dari pengajar dan modul pembelajaran yang sudah dirangkum.

Namun, menariknya, pelajar SMA memiliki motivasi membaca non-akademik yang relatif tinggi. Banyak di antara mereka yang rutin membaca novel ringan, komik, atau cerita daring. Hal ini menunjukkan bahwa minat membaca pelajar tetap kuat, hanya saja belum sepenuhnya diarahkan pada materi yang bersifat akademis.

Jenis Bacaan yang Dipilih Keduanya

Perbedaan paling mencolok terlihat dari pemilihan bacaan:

Pelajar SMA:

  • Novel populer
  • Komik digital
  • Artikel singkat
  • Materi pelajaran yang sudah diringkas
  • Infografis edukasi di media sosial

Bacaan mereka cenderung ringan, cepat diserap, dan tidak memerlukan analisis mendalam.

Mahasiswa:

  • Jurnal ilmiah
  • Artikel analisis
  • Buku teori (fisik/digital)
  • Laporan penelitian
  • E-book akademik

Mahasiswa lebih terbiasa menghadapi bacaan kompleks yang membutuhkan pemikiran kritis.

Pengaruh Teknologi dan Media Sosial

Generasi muda Jakarta hampir tidak terpisahkan dari gawai. Media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube menjadi sumber informasi sekaligus hiburan. Fenomena ini memiliki dampak ganda terhadap literasi.

Pelajar SMA sering terpapar konten edukatif ringan, seperti video penjelasan singkat atau ringkasan materi. Sementara mahasiswa lebih banyak mencari konten yang relevan dengan mata kuliah, seperti penjelasan teori atau diskusi akademik.

Namun, keduanya harus berhadapan dengan tantangan yang sama: informasi tidak valid dan kecenderungan membaca cepat tanpa memeriksa kebenaran data.

Kemampuan Analisis: Mahasiswa Lebih Matang

Salah satu aspek penting literasi adalah kemampuan menganalisis informasi. Mahasiswa umumnya menunjukkan kemampuan analisis yang lebih matang karena terbiasa menulis ulasan literatur, melakukan penelitian kecil, dan berdiskusi dalam kelas.

Pelajar SMA, meskipun memiliki potensi besar, masih dalam tahap membangun kemampuan berpikir kritis. Namun, sejumlah sekolah unggulan di Jakarta kini gencar menerapkan program literasi berbasis proyek, seperti:

  • diskusi buku mingguan
  • debat literasi
  • penugasan esai ringan
  • pemberdayaan perpustakaan sekolah

Program ini membantu meningkatkan kemampuan analitis pelajar secara bertahap.

Motivasi Membaca: Pelajar SMA Menang di Rasa Ingin Tahu

Menariknya, penelitian mengungkap bahwa pelajar SMA memiliki motivasi intrinsik membaca yang lebih kuat. Mereka membaca karena suka, bukan karena tuntutan akademik. Novel, komik, dan cerita daring menjadi media eksplorasi mereka terhadap dunia imajinatif dan kreativitas.

Mahasiswa, sebaliknya, cenderung membaca karena kebutuhan akademik. Minat membaca bebas justru menurun setelah mereka memasuki perkuliahan karena waktu dan energi terserap oleh tugas.

Jika diarahkan dengan baik, potensi pelajar SMA bisa menjadi fondasi kuat bagi budaya literasi nasional ke depan.

Akses Perpustakaan dan Fasilitas Literasi

Perbedaan fasilitas juga menjadi faktor penentu. Banyak kampus besar di Jakarta memiliki perpustakaan modern, ruang baca nyaman, serta akses ke database jurnal internasional.

Sementara itu, sekolah menengah masih memiliki fasilitas yang beragam. Beberapa sekolah unggulan menawarkan perpustakaan yang lengkap dan modern, namun sebagian lainnya masih minim fasilitas.

Akses yang terbatas ini berpengaruh langsung pada kualitas literasi pelajar. Program revitalisasi perpustakaan sekolah dinilai menjadi langkah strategis untuk meningkatkan budaya literasi pelajar SMA.

Siapa yang Lebih Unggul?

Jika ditinjau dari berbagai aspek, kesimpulannya adalah:

  • Durasi membaca: Mahasiswa
  • Kedalaman bacaan: Mahasiswa
  • Minat membaca bebas: Pelajar SMA
  • Kemampuan analisis: Mahasiswa
  • Motivasi intrinsik: Pelajar SMA
  • Akses fasilitas literasi: Mahasiswa

Dengan demikian, tidak ada pihak yang sepenuhnya unggul. Keduanya memiliki kekuatan dan tantangan masing-masing.

Pentingnya Sinergi Pendidikan

Pakar literasi menyarankan agar sekolah dan kampus memperkuat kerja sama dalam membangun fondasi literasi yang lebih merata. Pemerintah juga perlu memperluas program literasi digital, pelatihan pengajar, dan akses perpustakaan.

Kunci utama adalah menciptakan lingkungan yang mendukung generasi muda untuk membaca secara rutin, kritis, dan produktif — baik di sekolah, kampus, maupun rumah.


Sumber Artikel : https://www.detik.com/
Sumber Gambar : https://www.detik.com/