Di era digital saat ini, gim (game) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak. Tidak sedikit anak yang menghabiskan waktu berjam-jam bermain gim daring maupun luring. Meskipun sering dipandang negatif, gim sebenarnya dapat memberikan manfaat jika diakses dengan cara yang tepat. Namun, pendampingan orang tua menjadi kunci utama agar pengalaman bermain gim tetap sehat, aman, dan mendukung tumbuh kembang anak.

Seorang pakar literasi digital menekankan pentingnya peran keluarga, khususnya orang tua, dalam menjadi pendamping aktif saat anak mengakses gim. Pendekatan ini tidak hanya membatasi waktu layar, tetapi juga membangun komunikasi yang sehat antara anak dan orang tua.

1. Pahami Dunia Gim Anak

Langkah pertama yang disarankan pakar adalah orang tua perlu memahami jenis gim yang dimainkan anak. Banyak orang tua cenderung langsung melarang atau membatasi tanpa benar-benar mengetahui isi permainan tersebut. Padahal, beberapa gim justru melatih keterampilan kognitif, kerja sama tim, dan pemecahan masalah.

Dengan ikut mengenal jenis gim yang dimainkan, orang tua dapat:

  • Menilai konten gim sesuai usia anak,
  • Mengetahui fitur interaktif yang melibatkan pemain lain,
  • Mengantisipasi risiko konten berbahaya atau interaksi negatif.

Pakar juga menyarankan orang tua untuk sesekali mencoba memainkan gim yang sama agar dapat berdialog secara setara dengan anak.

2. Buat Aturan Waktu Layar yang Realistis

Pendampingan bukan berarti melarang sepenuhnya. Orang tua dapat membuat kesepakatan waktu bermain bersama anak. Aturan ini sebaiknya fleksibel dan realistis, menyesuaikan aktivitas sekolah, waktu keluarga, serta waktu istirahat.

Menurut pakar, aturan yang dibuat bersama anak akan:

  • Meningkatkan rasa tanggung jawab,
  • Mengurangi potensi konflik,
  • Menumbuhkan disiplin diri.

Penting untuk mengajarkan bahwa gim adalah hiburan, bukan prioritas utama dalam keseharian.

3. Tanamkan Literasi Digital Sejak Dini

Literasi digital menjadi bekal penting agar anak mampu membedakan informasi yang benar dan salah, serta menghindari interaksi online yang berbahaya. Dalam konteks gim, hal ini berarti mengajarkan anak:

  • Tidak membagikan informasi pribadi,
  • Mengenali potensi penipuan atau perundungan siber,
  • Melapor kepada orang tua jika terjadi interaksi mencurigakan.

Anak perlu memahami bahwa dunia gim daring sering kali mempertemukan mereka dengan orang asing. Oleh karena itu, kesadaran digital menjadi bentuk perlindungan diri yang efektif.

4. Bermain Bersama Anak

Salah satu strategi paling ampuh dalam mendampingi anak bermain gim adalah ikut bermain bersama. Momen ini tidak hanya mempererat hubungan emosional, tetapi juga membuka ruang komunikasi dua arah yang lebih sehat.

Dengan ikut bermain, orang tua dapat:

  • Memahami tantangan dalam gim,
  • Menjadi contoh dalam bersikap sportif,
  • Menyisipkan nilai-nilai positif selama bermain.

Bermain bersama juga dapat membantu orang tua mengenali potensi bahaya sejak dini, seperti percakapan yang tidak pantas atau iklan berisiko.

5. Dorong Aktivitas Seimbang

Pakar mengingatkan bahwa gim hanyalah salah satu bentuk hiburan, bukan satu-satunya. Orang tua disarankan mendorong anak untuk melakukan aktivitas lain, seperti olahraga, membaca, bermain di luar rumah, atau mengikuti kegiatan komunitas.

Aktivitas fisik dan sosial sangat penting untuk menjaga keseimbangan tumbuh kembang anak. Jika anak terbiasa hanya duduk bermain gim dalam waktu lama, risiko gangguan kesehatan seperti obesitas, kelelahan mata, dan kurang konsentrasi akan meningkat.

6. Pahami Rating dan Batasan Usia Gim

Setiap gim memiliki sistem rating usia, seperti ESRB atau PEGI, yang memberikan panduan mengenai konten dan tingkat kematangan yang diperlukan pemain. Orang tua perlu memperhatikan rating ini sebelum mengizinkan anak mengakses sebuah gim.

Gim dengan rating dewasa sering kali mengandung:

  • Kekerasan grafis,
  • Bahasa kasar,
  • Konten seksual,
  • Fitur interaksi dengan pengguna dewasa.

Dengan memahami rating, orang tua dapat menghindari paparan konten yang tidak sesuai usia anak.

7. Bangun Komunikasi Terbuka

Pakar menekankan pentingnya komunikasi terbuka antara orang tua dan anak mengenai aktivitas digital. Larangan keras tanpa penjelasan sering kali membuat anak semakin tertutup. Sebaliknya, pendekatan komunikatif mendorong anak lebih jujur saat menghadapi masalah di dunia gim.

Orang tua dapat memulai percakapan sederhana seperti:

  • “Gim apa yang kamu mainkan hari ini?”
  • “Apa yang paling seru dari permainan itu?”
  • “Pernahkah kamu merasa tidak nyaman saat bermain?”

Pertanyaan seperti ini membantu membangun kepercayaan dan membuat anak lebih terbuka terhadap arahan orang tua.

8. Gunakan Fitur Kontrol Orang Tua

Sebagian besar gim modern dan platform digital kini menyediakan fitur parental control. Orang tua dapat memanfaatkannya untuk:

  • Membatasi durasi bermain,
  • Menyaring konten tidak pantas,
  • Memantau aktivitas anak tanpa melanggar privasi secara berlebihan.

Fitur ini bukan alat untuk mengintai, tetapi sarana membantu anak belajar bertanggung jawab atas aktivitas digitalnya.

9. Berikan Contoh yang Baik

Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika orang tua terlalu sering menggunakan gawai atau bermain gim, anak cenderung meniru perilaku tersebut. Oleh karena itu, menjadi teladan digital sangat penting.

Orang tua dapat:

  • Menunjukkan cara mengatur waktu bermain,
  • Menjaga etika online,
  • Menghargai waktu keluarga tanpa gangguan gawai.

10. Ajarkan Etika Bermain Gim

Etika digital sama pentingnya dengan etika sosial di dunia nyata. Anak perlu diajarkan:

  • Tidak menggunakan kata kasar,
  • Menghargai lawan main,
  • Tidak melakukan kecurangan,
  • Tidak ikut dalam perundungan siber.

Etika yang baik akan membantu anak tumbuh sebagai gamer yang sportif dan bertanggung jawab.

Pendekatan Positif Kunci Keberhasilan

Pendampingan orang tua dalam bermain gim tidak harus selalu berupa larangan atau hukuman. Pendekatan positif dan kolaboratif akan membuat anak merasa lebih dihargai dan terbuka terhadap nasihat. Dengan begitu, gim dapat menjadi sarana pembelajaran, hiburan, sekaligus mempererat hubungan keluarga.

Pakar menegaskan bahwa tujuan utama bukan membatasi anak, melainkan membimbing mereka menjadi pengguna teknologi yang bijak. Dengan komunikasi yang sehat, pemahaman konten, serta pengawasan yang proporsional, bermain gim dapat menjadi pengalaman positif bagi anak.


Sumber Artikel : https://www.antaranews.com/
Sumber Gambar : https://www.antaranews.com/